,

Mereka Menyuarakan Pemulihan Sungai Ciujung Lewat Seni

Siang itu, matahari terik di lapangan jongjing Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Sekelompok anak muda tampak antusias tampil di panggung. Tak begitu banyak warga hadir. Namun tak membuat semangat mereka padam. Pentas seni ini digelar guna memberikan penyadaran kepada warga tentang pentingnya menyelamatkan Sungai Ciujung.

“Pulihkan Sungai Ciujung!!” teriak Ketua Komunitas Tirtadaya, Anton Susilo dari panggung.

“Sekarang juga!!!” pekik penonton.

Komunitas Tirtadaya merupakan wadah anak muda di aliran DAS Ciujung. Ada 360 pemuda bergabung. Mereka dari tiga kecamatan terkena dampak pencemaran Sungai Ciujung; Tirtayasa, Pontang dan Tanara. Mereka mengkampanyekan gerakan peduli Ciujung dengan seni. Kegiatan dengan swadaya. Bahkan tak jarang harus ngamen demi menggelar acara.

Satu per satu kelompok tampil di panggung kecil itu. Beberapa ada yang membawakan lagu bertema lingkungan hidup. Sebagian lain, membaca puisi. Beberapa penonton hadir duduk lesehan di rumput.

“Kita kampanye sampai ke alun-alun kota Serang tiap malam minggu. Mungkin bulan depan akan kampanye ke setiap mall. Kita sudah komunikasi dengan setiap mall di Serang. Satu ada kesepakatan dengan Mall of Serang. Nanti kampanye pemulihan Sungai Ciujung,” kata Anton, Minggu (14/12/14)

Selain pentas seni musik dan puisi, juga menyuguhkan atraksi debus. Penonton antusias. Seorang lelaki paruh baya dengan mata tertutup memainkan sebilah parang. Mencoba menebas mentimun yang dipegang tiga penonton. Suasana tegang. Namun si lelaki berhasil menebas mentimun dengan tepat. Tanpa melukai penonton. Tepuk tangan membahana.

Aksi para pemuda menyuarakan penyelamatan Sungai Cijung. Foto: Indra Nugraha
Aksi para pemuda menyuarakan penyelamatan Sungai Cijung. Foto: Indra Nugraha

Di sela-sela atraksi, presenter acara beberapa kali menyelipkan pesan agar warga peduli penyelamatan Ciujung. Presenter mengarahkan warga ikut menandatangani selembar kain besar berwarna merah sebagai bentuk dukungan. Hari itu, mereka menggagas aksi “Sejuta tandatangan untuk pemulihan Sungai Ciujung”.

“Nanti kita akan pentas di mall setiap hari minggu dari pukul empat sore sampai malam.”

Anton mengatakan, awalnya kesulitan mendekati pemuda di sana. Dulu apatis. Setelah beberapa kali pendekatan, akhirnya mulai tergerak. Saat ini tiap kecamatan mempunyai satu sanggar seni.

Anton mengatakan, dulu orangtua mempunyai tambak bandeng. Dampak pencemaran, produktivitas bandeng menjadi menurun bahkan merugi. Bisnis tambak bandeng pun tutup.

“Rugi terus. Udah gak produktif, kalau kita tanam ikan-ikan pada mati karena limbah.”

Selain menggaet pemuda sekitar, Komunitas Tirtayasa juga mengajak anak jalanan terlibat. Saat ini, mereka mempersiapkan lagu khusus bertema Sungai Ciujung. Ia kolaborasi bersama group band indie anak jalanan, AjaElok.

“Rumah kami dekat pabrik IKPP. Kami juga gabung dengan Riung Hijau. Kami tertarik membuat lagu tentang Ciujung. Ini sedang kami persiapkan. Target awal Januari rilis,” kata vokalis group AjaElok, Mohamad Fauzi Rahman.

Hari itu, mereka juga melepas lele ke Sungai ciujung. Mereka berharap pemulihan Ciujung segera terealisasi. “Kita melepas ikan simbolis supaya ikan bisa hidup dan sungai bersih kembali,” kata Ketua Riung Hijau, Haksari Bowo.

Nelayan tengah membenahi jala tangkapnya. Foto: Indra Nugraha
Nelayan tengah membenahi jala tangkapnya. Foto: Indra Nugraha

Bowo mengatakan, setelah pertemuan Oktober di Kementerian Lingkungan Hidup, Riung Hijau bertemu dengan BPLHD Serang. BPLHD menyarankan, bersama-sama ke lokasi pabrik. Melihat pengelolaan limbah langsung yang direncanakan Januari 2015.

“Mereka mengatakan perusahaan sudah membuat lagoon semacam danau untuk menahan air limbah. Kita  mau lihat.”

BPLHD Serang menargetkan, 2018 Sungai Ciujung bersih.  Bowo ragu. “Pemerintah tidak melakukan apa-apa. Bagaimana mau bersih? Pencemaran perusahaan masih berlangsung.”

Selama ini, BPLHD Serang kampanye menanam pohon. “Tidak akan efektif kalau sungai mau bersih, izin perusahaan dicabut.”

Perusahaan ini berkali-kali berganti nama. Tahun 1976, memakai nama CV Berkat. Pada 1983 menjadi PT Indah Berkat Agung, 1996 PT Indah Kiat Pulp and Paper Corporation, dan 2008 menjadi PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.

Kholid Mikdar, warga yang aktif di Front Kebangkitan Petani Nelayan (FKPN) mengatakan, Sungai Ciujung mengalir melintasi tiga kabupaten, Serang, Pandeglang dan Lebak. Akibat pencemaran sungai, banyak warga mengeluhkan penyakit kulit.

“Kami masyarakat desa kebanyakan suka lupa. Penyakit kulit dibiarkan begitu saja. Belum ada penelitian detail soal kandungan zat berbahaya di Ciujung. Masyarakat gak ngerti.”

Kholid mengatakan, tambak ikan milik masyarakat, perusahaan besar juga terkena limbah. Dulu ada dua perusahaan tambak bandeng  tetapi ikan-ikan pada mati.

Kurniawan Sabar, Manager Kampanye Walhi Nasional mengatakan, pemulihan DAS Ciujung merupakan wujud pemenuhan hak warga sebagaimana amanet konstitusi. Dalam dokumen audit lingkungan disebut IKPP menyumbang kontribusi pencemaran sungai 83,92%.

“Hingga kini belum ada upaya maksimal pemulihan sungai.  Walhi bersama masyarakat DAS Ciujung telah melaporkan kepada pemerintah.”

Warga mengeluhkan kualitas air Sungai Ciujung yang memburuk terlebih kala kemarau. Ikan-ikan di tambak pun banyak mati. Foto: Indra Nugraha
Warga mengeluhkan kualitas air Sungai Ciujung yang memburuk terlebih kala kemarau. Ikan-ikan di tambak pun banyak mati. Foto: Indra Nugraha
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,